Rabu, 14 September 2011

P & G

nim : 11410110008

nama : muhammad harits amrulloh

MK : sistem informasi

stikom surabaya

Perusahaan-perusahaan di bidang consumer goods dituntut senantiasa dekat dengan konsumen. Kedekatan itu sangat diperlukan untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang perilaku konsumen dibanding pesaing, sehingga perusahaan bisa melakukan inovasi produk dan solusi yang dengan cepat dilansir ke pasar untuk memenuhi kebutuhan konsumennya. Di sini, kecepatan sangat penting dan membedakan antara pemimpin pasar dengan para pengekor.

Dari sisi distribusi , perusahaan consumer goods ditantang untuk mampu berhubungan dengan retailer yang menjual produk di seluruh dunia dengan cara yang lebih efektif dan efisien. Ini bukan pekerjaan mudah. Perusahaan harus mampu memasok pada berbagai tingkatan, mulai dari kios di pinggir jalan sampai hypermarket.

Biaya menjadi masalah yang krusial bagi hampir semua perusahaan termasuk di bidang consumer goods. Perusahaan dituntut menerapkan manajemen biaya tanpa mengenal kompromi untuk menghasilkan perbandingan antara nilai dan harga yang lebih besar dari setiap produknya, sebab para konsumen tidak akan mau membayar lebih mahal untuk sebuah inefisiensi. Di tengah banyaknya merek yang tersedia di pasaran, nilai menjadi hal yang paling penting. Semua masalah itu perlu menjadi fokus manajemen perusahaan consumer goods untuk menyusun strategi bisnisnya.

Kepekaan menangkap perubahan sangat vital bagi perusahaan consumer goods. Perubahan itu harus ditanggapi perusahaan dengan menerapkan aplikasi berbasis web sebagai bagian dari strategi bisnisnya. Penerapannya menyentuh semua aspek bisnis, meliputi peningkatan pemahaman terhadap perilaku konsumen, pengoptimalan supply chain, penghapusan biaya-biaya yang tidak penting serta peningkatan efektifitas, dan produktifitas karyawan.

Strategi pertama yang bisa diterapkan adalah dengan membangun kembali pemasarannya dengan memanfaatkan teknologi web agar bisa lebih menangkap kehendak para konsumen. Dengan teknologi ini, riset mengenai perilaku konsumen bisa dilakukan secara online. Riset ini juga memungkinkan perusahaan lebih cepat mengeluarkan produk baru yang akan dibeli konsumen.

Untuk mengembangkan jaringan retailnya serta meningkatkan layanan dengan biaya yang lebih murah, perusahaan perlu mempertimbangkan sistem online dengan solusi web order management. Sistem ini memudahkan retailer memesan dan mengelola order melalui web. Pelanggan, dalam hal ini retailer, secara langsung berhubungan dengan perusahaan, kapan pun dan di mana pun. Jaringan B2B ini memungkinkan para retailer mengakses program promosi perusahaan, inventory, dan informasi penting lainnya.

Penerapanweb order management mampu menutup seluruh wilayah jangkauan tanpa harus menempatkan tenaga pemasaran untuk mengjangkau setiap toko. Dari beberapa kasus, para retailer menyukai cara ini. Mereka merasa mendapat layanan yang lebih baik. Melihat kecenderungannya, perusahaan yang sudah menerapkan manajemen order berbasis web berani menargetkan peningkatan transaksi melalui web dari 2-3 persen pada awal implemantasinya menjadi mayoritas dalam keseluruhan transaksi untuk dua sampai tiga tahun mendatang. Ini artinya produktivitas yang sangat besar bagi perusahaan dan layanan yang lebih baik bagi pelanggan.

Supply chain dilakukan dengan pendekatan yang lebih bersifat consumer centric. Pendekatan ini dilakukan untuk lebih memenuhi kebutuhan konsumen. Sistem supply chain didasarkan pada data secara real time yang memungkinkan perusahaan untuk melihat stok barang dan melakukan pengiriman yang tepat waktu untuk menjamin ketersediaan barang.

Untuk internal, aplikasi berbasis web dimulai dengan mendorong evolusi ke arah culture web. Caranya, meningkatkan pemakaian internet oleh seluruh karyawan dan memberikan aplikasi self service kebutuhannya, termasuk manajemen renumerasi. Untuk menekan biaya dan meningkatkan produktivitas, implementasi konsep fast learning cycle, sebuah aplikasi knowledge management yang mampu meyimpan informasi penting menjadi pilihan yang tepat. Pengumpulan informasi terpusat di satu tempat memudahkan karyawan mengakses di mana pun dan kapan pun membutuhkannya.

Implementasi P&G

Procter & Gamble (P&G) merupakan salah satu perusahaan yang sudah menerapkan aplikasi berbasis web. Perusahaan yang bermarkas di Cinciniati, Ohio ini tampak tidak tanggung-tanggung dalam mengimplementasikan teknologi informasi. Jajaran eksekutifnya memahami bahwa mereka tidak menerapkan teknologi informasi bukan untuk teknologi itu sendiri atau sekedar mengikuti tren, tapi untuk menjalankan bisnis dan mendapatkan hasilnya.

Hasil yang didapatkan P&G adalah biaya yang lebih rendah, pengambilan keputusan yang lebih cepat, dan organisasi yang lebih efektif. Khusus untuk aplikasi e-employee saja, P&G mampu menekan biaya sampai 20 persen dalam dua tahun pertama dan untuk supply chain, P&G memangkas waktu untuk inventory menjadi setengahnya.

Untuk implementasi semua pekerjaan ini, P&G mendapat dukungan penuh dari Cisco Systems. Selain menyiapkan piranti keras jaringan yang kuat, melalui Cisco Internet Business Solutions Group (IBSG), juga memberikan keahlian dan pengalamannya yang sangat membantu P&G dalam mendefinisikan dan menyusun strateginya. IBSG membantu memberikan wawasan bagaimana harus melakukan implementasi TI dan menunjukkan praktek yang paling baik serta memberi rangsangan pada P&G untuk memecahkan masalah dengan cara yang baru.

Dampak paling besar dari implementasi TI oleh P&G, adalah peningkatan pada layanan, biaya dan kecepatan. Mereka bisa memberikan layanan yang lebih baik dan membangun hubungan yang lebih kuat dengan para konsumen, pelanggan dan karyawan, dan menyangkut kecepatan pengambilan keputusan. Implementasi TI oleh P&G ini menjadi tambahan bukti bahwa teknologi informasi menjadi komponen yang sangat penting dalam strategi bisnis.